Saya sengaja memilih topik tentang Stop Loss, karena banyak temen-temen trader, terutama trader pemula (newbie) yang “kapok” menggunakan fasilitas Stop Loss. Kebanyakan menganggap bahwa Stop Loss itu “mempercepat” kerugian dan menganggapnya sebagai biang keladi atas hasil negatif dari open position yang diambil sehingga modal tergerus sedikit demi sedikit.
Dengan alasan itulah, banyak yang akhirnya nekad bertrading tanpa Stop Loss. Saya bilang "nekad" karena Stop Loss ini sebenarnya berfungsi seperti halnya rem bagi yang belajar naik sepeda. Bayangkan kalau orang belajar naik sepeda tanpa rem, babak belurlah jadinya.
Trading tanpa Stop Loss memang sekilas terlihat menggoda, karena kita merasa tidak pernah “salah posisi”. Memang secara umum harga biasanya bergerak naik-turun pada range tertentu, jadi ada kalanya memang setelah floating minus akhirnya kita dapet profit juga. Pada akhirnya banyak temen-temen newbie yang berpikir: "Berarti aman, biarin aja posisi terfloating, ntar juga akhirnya profit juga."
Ada saat tertentu ketika harga kembali pada posisi semula setelah terbang cukup jauh. Memangnya mau, untuk mendapatkan plus 5 pips, sebelumnya floating minus 300 pips dulu ? Itu juga kalau masih ada “nasib baik”. Bisa jadi malah lebih duluan Margin Call yang datang daripada profit.Stop Loss itu dimaksudkan untuk melindungi kita dari kerugian yang terlalu besar. Jangan sampai kita mengalami "cuma sekali salah posisi". Maksudnya cuma sekali salah posisi trus langsung kena Margin Call, alias abis modal. Trus setelah itu kapok dan pensiun jadi trader.
Anggap kita sudah sepakat bahwa Stop Loss itu memang perlu. Sekarang masalahnya, berapa sih Stop Loss yang tepat? Wah, kalau untuk menentukan berapa point yang tepat, terus terang saya tidak sanggup. Saya cuma bisa menyarankan untuk coba memperhatikan hal-hal berikut:
Cobalah liat range pergerakan harian dari pair yang kita ambil. Masing-masing pair punya sifat berbeda. Misalnya: kalau untuk EUR/USD, mungkin SL 30 point sudah cukup, tapi kalau untuk GBP/JPY? sebentar juga kesabet tuh.
- Alternatif lain, kita bisa memanfaatkan titik parabolic SAR di awal trend sebagai patokan penentuan Stop Loss.
- Atau, kita bisa memakai level-level pada Fibonacci Retracement sebagai patokan penentuan TP maupun SL.
- Satu hal yang pasti, tetapkan SL sebesar berapa dollar "yang sanggup kita relakan" apabila kita salah posisi.
Satu hal lagi yang perlu dipahami sehubungan dengan Stop Loss. Besaran range SL akan berpengaruh pada derajat keyakinan kita akan keberhasilan pencapaian Take Profit. Maksudnya?
Contohnya: Misal hasil analisis kita menyatakan GBP/JPY akan naik sebanyak 50 point. Kita tetapkan Take Profit sebesar 50 point. Terus, bagaimana dengan Stop Loss-nya ? Apabila kita menentukan SL sebesar 30 point, maka derajat keyakinan kita akan tercapainya TP cuma sekitar misal 40%, alias nggak terlalu yakin TP bakal tercapai. Kalau SL kita tambah menjadi sebesar 50 point, derajat keyakinan naik menjadi misal 50% atau fifty-fifty antara TP atau SL yang kesentuh duluan. Nah, kalau SL kita ditambah lagi, menjadi misalnya 150 point, maka derajat keyakinan kita naik lagi menjadi 100% atau kita yakin 100% bahwa TP akan tercapai karena SLnya cukup jauh untuk kesentuh duluan.
Jadi semakin lebar range SL, semakin tinggi derajat keyakinan kita bahwa TP akan tercapai. Itulah mengapa, banyak trader terpancing untuk melakukan Open Position tanpa SL . "Pasti" tercapai TP, lah floating negatif sampai ratusan pips juga “dipelihara” dengan TP cuma 5pips. Satu-satunya batasan floating negatif cuma available margin. Saya sering bercanda dengan menjuluki trader semacam ini sebagai trader penganut keyakinan Stop Loss = Margin Call.
Sebenarnya ini hak masing-masing trader. Cuma, terus terang, saya sedih melihat banyak temen-temen trader yang berguguran karena kena Margin Call gara-gara trading tanpa Stop Loss ini. Saran saya, lebih baik kita segera tahu bahwa kita salah posisi dan cepet-cepet memperbaikinya.
Biasanya, kalau sudah terlanjur terfloating minus banyak pips, kita cenderung tidak tega untuk melakukan Cut Loss. Malahan pasrah nunggu datangnya Margin Call sambil berharap-harap cemas harga berbalik arah.
Semoga artikel ini berguna.
0 comments:
Posting Komentar